Bukan Sekedar Perjalanan: Mendaki Gunung Buthak


Saya adalah tipe orang yang lebih suka menikmati perjalanan daripada foto-foto ketika travelling (walaupun setelahnya sering menyesal). Jadi saya bukan anak alam, anak gunung, atau anak yang tertukar. Saya hanyalah anak bapak dan ibu saya. Oke, balik lagi ke judul tulisan ini, saya cuma ingin share pengalaman saya ketika mendaki gunung buthak dua tahun yang lalu. 

Throwback tanggal 23 Juli, dua tahun yang lalu, saya bersama 7 orang teman kampus akhirnya bisa merealisasikan rencana kami berkat kegabutan libur semester saat itu. Sudah berbulan-bulan lamanya kami cuma ayo-ayo aja tiap ketemu, dan di hari itu kami benar-benar memutuskan berangkat. Agak bonek juga sih mengingat teman kami yang biasa menyediakan akomodasi pendakian sedang pergi beribadah haji (hehe sorry brader). Baiklah dengan perbekalan seadanya, pinjam sana sini, berangkatlah kami hari itu. Cuaca pagi itu cerah sekali seperti sedang mendukung rencana kami. Kami setuju berkumpul di kampus pukul 8 pagi, but as usual, saya tiba pertama kali dan harus menunggu. After a little bit drama, kami berangkat menjemput teman kami di daerah Waru. Sekitar pukul 10 pagi, kami berangkat dari Waru menuju Batu, Malang. Perjalanan siang itu terasa lama sekali karna jalanan sebelum tol Pandaan macet total. Hari itu hari Sabtu, arah dari Surabaya menuju malang memang selalu padat saat weekend.

         Sekitar pukul setengah satu siang, kami tiba di depan Alun-Alun kota Batu. Kami rehat sebentar untuk sholat dhuhur di masjid Agung An Nuur yang terletak pas di depan Alun-Alun kota Batu. Terpesona sekali saya saat memasuki masjid itu, seketika rasa lelah perjalanan langsung hilang. Maklum, saat itu adalah kali pertama saya pergi ke Batu dan pertama kalinya saya masuk ke masjid yang sebesar dan semegah itu (red: anak rumahan). Setelah otot-otot sedikit kendor, kami melanjutkan perjalanan kembali. Tidak terlalu jauh dari Alun-Alun kota Batu, pukul setengah dua siang kami sampai di pintu masuk yang bertuliskan “Wana Wisata Panderman”. Kami berhenti di in**maret untuk membeli perbekalan dan makan siang. Pukul dua siang langit mulai mendung dan kami segera menuju ke pos perijinan. Dari pintu masuk ke pos perijinan sendiri jalanan sangat menanjak. Salah satu teman kami sempat terjatuh dari motor. Sampai di pos perijinan kami menyiapkan semua perbekalan untuk naik. Pos perijinan ini bangunannya bagus, seperti rumah kayu dan sepertinya baru saja di bangun karna saya masih mencium bau kayu yang kuat. Di dekat pos juga tersedia mata air yang di salurkan melalui pipa, airnya cukup deras dan sangat jernih. Saya bersama dua teman saya numpang sholat dan ganti baju di lantai atas. Pemandangan dari atas bagus sekali tapi karna saat itu mendung jadi pelan-pelan mulai tertutup kabut. Setelah kami semua siap, kami mulai naik pukul setengah 4 sore.

           Di awal perjalanan kami diiringi gerimis tipis-tipis. Jalur masuk pendakian gunung buthak jadi satu dengan gunung panderman. Tidak jauh dari pos perijinan, terdapat plang yang menandakan belok ke kiri jalur panderman, dan lurus jalur buthak. Sepanjang perjalanan banyak jalan bercabang yang sedikit membuat bingung walaupun kadang kami menjumpai plang atau pun tanda yang menunjukkan trek pendakian. Treknya sendiri sangat berkesan bagi saya. Maklum lagi, ini adalah pendakian kedua saya. Pendakian pertama saya di gunung Penanggunan dimana gunung tersebut bagaikan pengalaman pendakian pertama sejuta umat. Memang setiap gunung memiliki karakter sendiri-sendiri (hehe kata temen sih). Treknya sering memberi harapan palsu. Selain itu, kami satu rombongan benar-benar tidak tau dimana kami bisa menemukan mata air.

Semangat :)

               Kami berencana untuk tiba di pos perijinan paling lambat sebelum pukul 9 malam keesokan harinya sebab saya memang harus tiba dirumah malam itu juga (maaf guys
L), jadi pendakian kami seperti terburu-buru. Kami memiliki target untuk sampai di sabana sabtu malam, hanya saja kami benar-benar tidak mampu untuk sampai disana malam itu. Persediaan air semakin menipis, cuaca mendung dan angin yang lumayan kencang membuat kami memutuskan untuk mendirikan tenda dan beristirahat karna kami sudah tidak mampu lagi melanjutkan perjalanan malam itu.

            Minggu pagi, kami bangun tepat saat matahari baru saja terbit. Pemandangan dari tempat kami berkemah sangat indah sekali. Kami sendiri tidak tau berapa lama lagi kami sampai di sabana, namun masih belum juga menemukan sumber mata air. Akhirnya kami pun melanjutkan perjalanan dengan sisa-sisa air seadanya.


Perjalanan menuju Sabana

            Setelah hampir putus asa, tibalah kami di padang sabana yang seperti surga dunia buat kami. Sumber mata air mengalir deras. Kami istirahat sebentar untuk membasahi tenggorokan kami. setelah mengisi persediaan air dan menikmati pemandangan, kami mencari ground untuk mendirikan tenda. Saat kami tiba telah banyak sekali pendaki-pendaki lain yang ada disana sejak kemarin. Tidak ada pendaki lain yang baru tiba selain kami. Setelah cukup beristirahat, kami melanjutkan pendakian ke puncak. Medan untuk ke puncak tidak terlalu mudah namun juga tidak terlalu sulit. Trek yang penuh pasir membuat kami beberapa kali terpeleset dan debu yang mengganggu mata. Tanjakannya sangat curam dan beberapa kali kami harus memanjat. Tapi semua pasti terbayar lunas setelah sampai di atas.

Menuju Puncak





Puncak Buthak

          Setelah mensyukuri indahnya ciptaan tuhan kami segera turun demi mengejar waktu. Sedikit tidak rela sebetulnya karna kami masih ingin menghabiskan banyak waktu diatas. Setibanya di sabana kami membereskan peralatan kemah dan memasak untuk makan siang. Perjalanan menuruni gunung buthak benar-benar berbeda. Masing-masing membawa kenangan yang tidak akan terlupakan. Mendaki gunung bukan sekedar ajang mencari tempat berfoto kemudian dipamerkan. Mendaki gunung lebih seperti perjalanan mengenal diri sendiri dan mensyukuri ciptaan Tuhan. Saya meninggalkan sebagian dari diri saya disana dan mendapatkan bagian dari diri teman-teman dan alam untuk saya. Terimakasih sudah membaca, jangan lupa buang sampah pada tempatnya :). Mt.Buthak 2868 MDPL – 24 Juli 2016
"semua berubah semenjak negara api menyerang" - Aang




Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer